Posts

Showing posts from 2017

Pengalaman Pasang Behel di Family Dental Cosmetic (FDC) Part I - Persiapan

Image
Di postingan ini aku mau sharing pengalaman tentang pasang behel atau braces atau kawat gigi, dari awal sampai males nulis lagi  akhir proses lepas behel. Jum'at, 2 Juni 2017 lalu, aku baru selesai konsultasi mengenai behel gigi ini dengan dokter di Family Dental Clinic (FDC) cabang Pondok Aren. Jadi sebenernya waktu nulis ini aku belum pakai behel, masih proses ini dan itu. Tulisan ini bakalan panjang, berjilid-jilid, saingan sama seri novel Supernova punya Dewi Lestari . So , biar nggak bingung, aku kelompokin perbab. You can skip any step or everything you just wanna read. Enjoy it! 1. Alasan Ini penting. Banget. Alasan kamu pasang behel adalah modal kuat kamu untuk merambah dunia pesakitan bertahun-tahun kedepan. Nggak cuma sakit fisik yang harus kamu pikirkan, tapi juga ongkos yang tidak sedikit. Alasanku sendiri karena pengen punya gigi yang rapi. Hehe. Ini sebenernya emang tujuan utama dari pasang behel semua orang. Tapi maksudku, gigi kamu itu perlu di-ra-pih-in b

Ingatan Setahun yang Lalu

“What if the only way not to feel bad, is to stop feeling, anything at all, forever?” —Hannah Baker, Thirteen Reasons Why What if the only way to delete bad memories, is delete all the memories, anything at all, forever? Mengingat kenangan setahun yang lalu, saat ada kenangan yang benar-benar ingin kamu ingat, tapi juga berbarengan dengan hal yang benar-benar ingin dihilangkan. Orang lain tentu menyuruhmu melupakan hal buruk dan mengingat yang baik saja. Dia pikir ini lagi makan kacang, buang kulitnya makan isinya. Sudahlah, simpan saja dua-duanya untuk diri sendiri. Nanti kalau ada yang tanya lagi, ceritakan dua-duanya. Bahwa hal baik dan buruk memang selalu ada, bahkan bisa datang berbarengan. Bukan sebagai nasehat, tapi menegaskan kalau manusia itu bisa benar-benar baik dan benar-benar paling buruk.

Bahagia (2)

"Percayalah, kebahagiaan yang direnggut dari kebahagiaan orang lain tidak akan bertahan lama." Paman Bunta, pada suatu masa. Kamu tahu maksudku, kan?  Jadi begini, supaya kamu punya suatu persamaan, coba perhatikan ilustrasi berikut. Seorang berwajah bagus, ingin punya mata yang lebih bagus. Suatu hari ia melihat seorang berwajah buruk tapi punya mata yang bagus. Kemudian seorang berwajah bagus tiba-tiba saja merebut satu-satunya hal yang bagus di wajah seorang yang buruk. Memang, ini sebenarnya tidak bisa di bandingkan. Bagus dan buruk keduanya relatif. Aku cuma menceritakan dari sudut pandang keduanya. Apa kamu bertanya padaku mata siapa yang lebih bagus? Hmm. Aku pikir tidak keduanya. Tapi.. Hey, lihatlah dari sudut pandang mereka. Anggap saja kondisinya seperti yang mereka sampaikan. Kita lanjutkan, ya! Kemudian mereka salit rebut mata itu, mata dari seorang berwajah buruk. Seorang berwajah bagus cuma ingin mengambil mata itu, ia ingin punya. Tidak bu

Tentang Hubungan

Bukan hanya tentang perasaan. Tapi juga logika dan keseriusan. Aku cuma ingin tidak membuang-buang waktu di usia yang sudah pantas mencari pasangan hidup. Kita sudah cukup saling mengenal. Memang tidak bisa dibandingkan dengan lamanya hubungan mu dengan mantan pacar. Tapi ini sudah cukup. Katakan iya kalau memang iya, dan tidak kalau memang kamu belum yakin. Aku pasti tidak akan mengganggu lagi. Aku suka dengan orang-orang yang bisa mengambil keputusan dengan cepat. Tentu keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan dan kesiapan menjalani konsekuensi. Bukankah hidup memang harus terus bergerak untuk tetap seimbang? Ketakukan untuk melangkah nyatanya hanya sebuah ilusi pikiran. Begitu kita melangkah dan terus berjalan, semua juga akan terlewati dan tidak seberbahaya yang kita pikirkan. Sudahlah, kalau memang mau, bilang orangtuamu. Orangtuaku biar jadi urusanku. Kalau kamu masih ragu, kamu bisa tanyakan lagi padaku. Kita kan juga harus mencocokkan goals kita masing-masing.

Mendung

Terlalu banyak emosi disini, tepat di atas kerongkongan. Aku mengandai andai terlalu banyak untuk meredakan kekesalan ini. Terlalu banyak. Aku muak. Sudah! Kamu tau, aku sudah menggunakan berbagai cara. Tetap saja, tidak ada yang berhasil. Apa?? Kamu meremehkan ku? Aku pikir kamu yang paling tau kemampuanku. Hah, aku malas berdebat denganmu hari ini. Masalahku sudah terlalu banyak untuk ku urusi. Cuaca juga sedang tidak bagus. Aku tidak menyalahkan mendung atau hujan. Hanya kesal saja. Biasanya aku bisa berlama-lama menunggui hujan dan memikirkan banyak hal sedih atau menyenangkan. Tapi kali ini, hanya kesal. Aku kesal karena kesal terus menerus. Hei, ayolah. Bukankah kamu terlalu banyak bicara pada seorang yang sedang mengomel. Ini tidak asik. Aku pulang dulu sajalah.

Tahun Baru (Implicit)

'Till now, i still don't know the one will be my forever. All i know, as long as i'm with you, if you are the one i'm going to be with, it seems not a bad idea. ------ From this line, all i can do is praying. I hope the thing will goes right then. Ameen.

Surat untuk Pak RT

It's been a year, huh? From that day, we starting know each other.. I'm thankful for knowing you in my live. You're such a favorite person i've ever met with a unique way. I like the way we spent our late night conversation about anything. I like the way you tell me how your day went. I like sleep in your arms. I like woke up to your cheek kisses and your gemes  hug like you wanna ate my whole body. I like lying on your lap when you read funny stories on your phone and then we laugh together. I like playing with your hair. I like wearing your cloth. I like did bubble bath together. I like listen you singging with attractive dance. I like the part you listening my worried about the unclear thing, and i really appreciate when you agree to discuss our problem--mostly mine--rather than avoid it or make it looks like not important thing. I like how you made me feel flusterred and embrassed when you compliments me, and vice versa. I hate all of the day when you leave me

Bahagia (1)

Aku masih tidak mengerti, kenapa banyak orang ingin hidup bahagia, bahkan menjadikan itu sebagai tujuan hidup. #livegoals . Hm. Sebentar, aku bukan bermaksud nyinyir . Aku cuma tidak habis pikir. Setiap detik yang kamu lewati, kamu selalu punya pilihan untuk bahagia atau tidak. Maksudku bukan seperti sepanjang hidup kamu harus bahagia tanpa kesediahan, kesengsaraan, kekecewaan, kepedihan, kegelisahan, kesepian, kelesuan, kemarahan, dan apapaun yang kamu anggap lawan dari bahagia. Bahagia dan tidak bahagia itu sama saja, pada akhirnya akan masuk kotak yang sama bernama ingatan.

Jamu itu pahit, tapi buat apa kalau tidak berkhasiat?

"The art of knowing is knowing what to ignore." Rumi. Beberapa orang datang dan pergi dalam hidupmu. Beberapa lagi memberi makna, entah baik atau buruk. Beberapa darinya sulit kamu lupakan. Sebagian kecil itu, tidak akan pernah bisa kamu lupakan--meskipun keriput di wajahmu hilang dengan suntik botoks. Kamu sama sekali tidak pernah berharap kenal dengan dia, tapi dia tetap datang, lalu menawarimu berbagai jamu berkhasiat, pahit tapi manjur. (Hei, pernah terpikir seseorang overdosis jamu? Saat dia minum itu, tiba-tiba mulutnya berbusa, kejang-kejang, lalu pingsan. Ah, membayangkannya saja sudah memuakkan. Kenapa juga harus jamu? Rasanya cuma pahit belaka.) Lalu dia pergi, meninggalkan dengan harapan akan khasiat yang macam-macam. Kamu tahu mana yang harus kamu abaikan. Mereka yang datang cuma untuk pergi, ada baiknya kamu abaikan dari awal. Antrian masalahmu sudah cukup banyak untuk kamu selesaikan. Kamu nggak capek ada di siklus yang sama? Sudahlah, kamu sudah cukup

Raja di Sarang Laba-laba (1)

"Apa yang harus aku lakukan untuk menghancurkannya? Bagaimana cara membuat dia takut Tuhan?" Pikiran-pikiran semacam itu terus berputar di otak ku. Sudah setengah galon aku meminum air berlogo tetes air warna biru malam ini. Panas. Keringat membanjiri lantai. Aku sudah tak pakai baju dari tadi. Kipas angin 12 inch berdecit-decit tiap kali kepalanya berputar. Memang apa yang mau aku harapkan dari kipas angin rongsok peninggalan penghuni lama kosan tua ini. Aku ingat, model kipas ini persis yang sda di kamar mbah Buyut dulu. Persis. Bagaimana aku bisa lupa, kipas yang sempat di lemparkan ke tubuh Bapak yang berdiri di pintu kamar mbah Buyut. Aku tak tahu pasti apa penyebabnya kipas sebesar 12 inch itu bisa di layangkan begitu saja saat aku tengah makan siang di depan televisi. Entahlah, usiaku baru 8 tahun saat itu, dan aku tipe anak yang tidak peduli urusan apapun selain lauk makan siang yang tidak cocok dengan ku. Aku juga tidak berniat mencari tau masalah-masalah lama. Aku

Yha~

Baru saja membuat blog untuk menghindari menyampah kegalauan di sosial media ramai pengguna untuk menghindari unfriend dari kalangan teman tapi nyinyir. Yha, bagaimanapun juga mereka itu bernama teman. Kata para cendekiawan zaman pengetahuan baru lahir, makhluk yang dinamai homosapien oleh mereka adalah makhluk sosialis. Hidup bergantung dengan yang makhkuk lainnya. Sebab itulah teman yang mungkin kelihatan tidak penting penting amat, bisa saja kamu butuhkan kemudian hari. Ini juga membingungkan. Yha, hubungan manusia satu dan temannya. Bagaimana kalau ternyata rasa 'berteman' itu tidak pernah ada, bahwa sebenarnya kita hanya ingin memiliki sesuatu yang tidak kita punya tetapi dimiliki orang lain. Dan, kita jadi merasa ingin bersama bahkan memiliki orang itu sekedar untuk memuaskan diri sendiri. Mengerikan, bukan? Yha, begitulah. Hidup sudah susah. Tak perlu lah menambah daftar orang yang membenci kita. Salam.